Pengertian Sharenting: Saat Niat Baik Bisa Jadi Ancaman Bagi Anak di Era Digital

Pengertian Sharenting

Sharenting adalah kebiasaan orang tua yang sering mengunggah kehidupan anak di media sosial. Walau tampak lucu dan menggemaskan, tindakan ini bisa membahayakan privasi dan keamanan si kecil. Yuk, cari tahu risiko dan cara bijak berbagi konten anak!

Di era digital seperti sekarang, media sosial sudah jadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Mulai dari update kegiatan, pamer makanan, hingga momen-momen spesial keluarga. Nah, salah satu tren yang makin sering kita temui adalah sharenting—gabungan dari kata share (berbagi) dan parenting (mengasuh anak). Istilah ini merujuk pada kebiasaan orang tua yang hobi banget membagikan foto, video, atau cerita tentang anak-anak mereka di media sosial.

Memang sih, nggak ada yang salah dengan membagikan kebahagiaan sebagai orang tua. Tapi kalau terlalu sering dan nggak hati-hati, justru bisa jadi bumerang, lho! Yuk, kita bahas lebih dalam soal fenomena sharenting ini, biar kamu (atau orang tua di sekitarmu) bisa lebih bijak dalam menggunakan media sosial.

Apa Sih Sebenarnya Sharenting Itu?

Sharenting bukan cuma soal posting foto lucu anak lagi main atau tidur. Ini lebih dari itu. Misalnya, orang tua yang menceritakan keseharian anak, mencantumkan nama lengkap, tanggal lahir, lokasi sekolah, bahkan masalah pribadi anak di medsos. Semua informasi itu bisa jadi jejak digital yang bertahan lama dan sulit dihapus.

Padahal, anak-anak belum bisa memberi izin atas data pribadinya sendiri. Kebayang kan, kalau nanti pas mereka gede, semua cerita dan foto mereka waktu kecil masih berseliweran di internet? Belum tentu mereka nyaman, lho.

Baca juga: Pengertian Parenting Digital: Gaya Asuh Modern di Era Serba Online

Kenapa Orang Tua Suka Sharenting?

Biasanya, motivasi orang tua untuk sharenting itu simpel: ingin berbagi kebahagiaan. Apalagi kalau anak lagi lucu-lucunya. Rasanya sayang banget kalau momen-momen itu nggak diposting. Ditambah lagi, media sosial sering dijadikan semacam “album digital keluarga” yang bisa dilihat kapan saja.

Beberapa juga menganggap sharenting sebagai cara untuk terhubung dengan komunitas sesama orang tua. Mereka saling curhat, berbagi tips parenting, dan mencari dukungan. Tapi sayangnya, nggak semua sadar bahwa yang mereka bagikan bisa menimbulkan risiko.

Risiko Sharenting yang Harus Diwaspadai:

1. Masalah Privasi Anak

Anak punya hak atas privasinya sendiri. Kalau sejak kecil sudah terekspos ke publik tanpa persetujuan, itu bisa melanggar hak mereka. Anak-anak juga nggak punya kendali atas informasi yang dibagikan tentang mereka.

2. Pencurian Identitas Digital

Data seperti nama lengkap, tanggal lahir, dan lokasi bisa dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Bahkan, bisa dipakai untuk kejahatan seperti identity theft atau pembuatan akun palsu.

3. Cyberbullying dan Eksploitasi

Beberapa konten yang menurut orang tua lucu, bisa jadi bahan ejekan bagi anak di masa depan. Bahkan ada risiko lebih serius seperti eksploitasi oleh predator online, terutama jika foto-foto anak dipakai ulang tanpa izin.

4. Gangguan Psikologis untuk Anak

Saat tumbuh besar dan melihat banyak informasi pribadi mereka tersebar di internet, anak bisa merasa malu, marah, atau bahkan kehilangan kepercayaan terhadap orang tuanya. Apalagi jika kontennya bersifat memalukan atau terlalu pribadi.

Tips Bijak Berbagi Tentang Anak di Medsos

Kalau kamu atau orang di sekitarmu ingin tetap berbagi soal anak di media sosial, coba deh pertimbangkan hal-hal ini:

  • Pikir dua kali sebelum posting. Apakah anak akan nyaman jika kontennya dilihat orang lain? Apakah informasi ini terlalu pribadi?
  • Gunakan fitur privasi. Setiap platform punya pengaturan privasi. Gunakan sebaik mungkin untuk membatasi siapa yang bisa melihat kontenmu.
  • Jangan bagikan data sensitif. Hindari memposting tanggal lahir lengkap, lokasi sekolah, atau hal-hal yang bisa mengungkap identitas anak secara rinci.
  • Hindari konten yang memalukan. Mungkin menurut kamu lucu, tapi belum tentu anak akan menganggap hal yang sama nanti.
  • Libatkan anak (kalau sudah cukup besar). Tanyakan dulu apakah mereka oke jika fotonya diunggah.

Sharenting memang bisa jadi cara seru untuk membagikan kebahagiaan, tapi tetap harus ada batasannya. Anak bukan objek konten, mereka punya hak atas privasi dan perlindungan. Yuk, jadi orang tua (atau calon orang tua) yang bijak dan melek digital. Karena apa yang kita unggah hari ini bisa berdampak panjang di masa depan.

Jadi mulai sekarang, sebelum nge-post foto atau video anak, coba tanya ke diri sendiri: “Kalau aku jadi dia, nyaman nggak ya lihat ini di internet?” Kalau jawabannya ragu, mungkin lebih baik disimpan aja buat koleksi pribadi.

Bagikan Ke: